Tik Tok.. Eight days before I die


image

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.  Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali ‘Imran : 185)

Seperti yang kita tahu kematian itu adalah hal yang pasti dan tak kan terhindarkan. Semua yang hidup pasti akan mengalami kematian. Bahkan hari kematian pun sudah di tuliskan oleh Allah. Jika tiba-tiba Allah mengabarkan bahwa nafasku, denyut nadiku, detak jantungku dan hidupku akan berakhir dalam delapan hari lagi. Inilah waktunya. Aku akan menerima semua ketentuan-Nya dengan ikhlas. Walaupun rasanya air mata ini tak mau berhenti mengalir. Aku akan berdamai dengan keadaan, berdamai dengan diri sendiri dan…

Ibadah
Sebagai hamba Allah, aku harus mempersiapkan bekal untuk di akhirat karena kehidupan tak berakhir setelah kematian. Delapan hari, delapan minggu, delapan bulan atau bahkan delapan puluh tahun juga tak kan cukup untuk beribadah. Tapi setidaknya di delapan hari terakhir ini aku akan beribadah dengan sungguh-sungguh.

:: Shalat 5 waktu
Selama ini aku kadang-kadang lalai dalam shalat. Banyak waktu-waktu yang terlewatkan. Di sisa hari ini akan ku perbaiki semua waktu-waktu yang dulu ku sia-siakan.

:: Khatam Al-quran
Sebenarnya agak malu untuk mengakuinya. Aku sudah mengkhatamkan puluhan jenis novel di rak buku, tapi untuk membaca Al-quran 3 lembar sehari saja kadang-kadang banyak malasnya. Delapan hari ini akan ku nikmati dengan lantunan ayat suci Al-quran.

:: Kuras tabungan
Harta tak dibawa mati bukan, jadi aku akan menguras semua isi tabunganku walaupun tak banyak tapi semoga bisa bermanfaat. Aku ingin hartaku disedekahkan kepada orang-orang yang kehidupannya kurang beruntung dan kepada anak-anak yatim.

Tali-tali perjalanan
Impianku sebelum mati adalah mengunjungi kota tua di Republik Ceko. Praha, si cantik dari Eropa Timur. Kota yang menyajikan sisa-sisa peradaban masa lalu dengan arsitekturnya yang menawan. Tapi mimpi tinggalah mimpi. Delapan hari yang tersisa tak kan cukup mewujudkannya. Bahkan untuk berburu tiket dan mengurus surat-suratnya pun tak kan cukup. Inilah takdirnya, old town kuganti dengan old friends. Delapan hari rasanya cukup untuk bersilaturahmi ke rumah-rumah saudara dan teman lama yang selama ini jarang berkirim kabar atau sekedar menyapa. Menjalin kembali tali-tali silaturahmi, mendekatkan yang jauh, merapatkan yang renggang, memperbaiki yang rusak.

Puaskan penasaran pada makanan
Selama ini banyak makanan yang membuat aku bertanya-tanya. Bagaimana rasanya makan gurita hidup? Atau, Apakah rasa bekicot sawah sama dengan bekicot Prancis? Atau, Benarkah daging unta sedap? Atau, Apakah Whiskas itu enak?. Delapan hari terakhir harus bisa membayar semua tanya di kepala ku tentang macam-macam makanan. Aku akan mencoba makanan yang tak pernah kumakan sebelumnya dan berusaha untuk tidak muntah kalau rasanya tak berkenan.

Bebaskan semua beban
Aku ingin beristirahat dengan damai sedamai-damainya. Maka sebelum semuanya terlambat aku akan membebaskan semua bebanku di dunia ini. Membayar semua hutangku termasuk hutang di warung atau hutang kepada teman yang timbul karena kalimat “pake uang kamu dulu ya”. Menepati janji yang pernah ku buat kecuali satu “tetap bersamamu” karena aku harus pergi lebih dulu, tapi percayalah aku akan tetap bersama kalian di alam manapun aku berada. Meminta maaf pada setiap hati yang pernah tergores oleh ketidaksengajaanku dan terluka oleh khilafku. Memaafkan untuk setiap goresan dalam hatiku. Menyatakan cinta terpendamku, mmm… yah setidaknya aku tak ingin mati penasaran hehehe.

Kepergianku takkan terlalu menyakitkan
Hidup tak dibangun oleh diri sendiri, tapi oleh keberadaan orang-orang di sekitar kita. Rasa kehilangan lebih menyakitkan daripada kematian itu sendiri. Aku pernah merasakan rindu pada orang yang sudah meninggal dunia. Sakit. Sebelum diri ini pergi meninggalkan dunia, sebelum suaraku berhenti menggema, sebelum bayangan ini memudar, sebelum benar-benar tiada aku berusaha agar kepergianku takkan terasa terlalu menyakitkan. Aku ingin membuat foto keluarga, foto dengan sahabat, selfie, membuat video dokumenter dan menulis surat-surat kecil yang aku selipkan di sudut-sudut rumah. Semua itu kupersembahkan untuk orang-orang yang menyayangiku, agar aku tetap hidup dalam kenangan.

Tetap berdetak
Sebaik-baiknya manusia adalah yang berguna untuk manusia lain. Jika aku mati tidaklah berharga tubuh ini selain akan hancur bersama tanah. Aku ingin mendonorkan organ tubuhku kepada mereka yang sepanjang hidupnya terus berjuang dalam sakit. Setidaknya setelah tiada, jantungku tetap berdetak.

Kain kafan
Agak mengerikan melakukannya sendiri tapi aku tak ingin terlalu merepotkan orang lain. Aku akan membeli kain kafanku dan merapikannya sehingga siap dipakai jika harinya tiba.

Itulah beberapa hal yang ingin aku lakukan sebelum ajal menjemput. Namun sesungguhnya jodoh, rezeki, maut dan semuanya itu Allah yang menentukan dan tetap menjadi rahasia-Nya. Kita sebagai manusia hanya bisa menjalani ketentuannya. Hal-hal tersebut sebenarnya bisa kita lakukan mulai dari hari ini tak perlu menunggu kepastian tanggal kematian.

“Tulisan ini diikutkan dalam dnamora Giveaway” 

image

– Terima kasih mbak Desi, tantangannya cukup menamparku bahwa selama ini aku telah lalai dalam mempersiapkan bekal kematian –

11 respons untuk ‘Tik Tok.. Eight days before I die

  1. hariyanto wijoyo berkata:

    kematian…mau tak mau harus dihadapi…tinggal diri kita..apakah siap atau tidak saat dijemput ajal..
    selamat berlomba yaa..
    keep happy blogging always…salam dari makassar – banjarbaru 🙂

  2. Marita Ningtyas berkata:

    Kematian sejatinya adalah sesuatu yang pasti. Namun entah kenapa kita justru lebih sering mempersiapkan diri lebih baik untuk ketidakpastian 🙂 Salam kenal dari Semarang, mbak 🙂

Tinggalkan Balasan ke ettysetyani Batalkan balasan